The First Kids Tracker in Indonesia

Family's guardian"Mengawasi anak sudah menjadi kewajiban Orangtua"bersama Bipbip Watch :)Price Rp 999.000You can...

Posted by Bipbip Watch on 27 November 2015

Selasa, 03 Desember 2013

Shalat Khusyu'


  • Khusyu’ adalah berkonsentrasi ketika shalat. Membayangkan bahwasanya dirinya sedang berada di hadapan Allah Dzat Maha Agung, dan merenungkan setiap gerakan dan makna bacaan di dalam shalat. Ada beberapa hal yang bisa membantu orang untuk khusyu ketika shalat. Di antaranya adalah melihat ke tempat sujud dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi shalat.
  • Ketika Nabi  mengerjakan shalat, beliau menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tanah. (HR. Al Baihaqi & disahihkan Al Albani)
  • Beliau  melarang orang yang shalat sambil melihat ke atas. (HR. Bukhari). Bahkan beliau memberikan ancaman keras, melalui sabdanya: “Hendaknya orang-orang berhenti melihat ke atas ketika shalat, atau matanya tidak dikembalikan lagi kepada mereka.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Atau matanya akan dicopot.” (HR. Bukhari).
  • Rasulullah  melarang shalat sambil tolah-toleh atau melirik ke kanan dan ke kiri. Beliau  bersabda: “Jika kalian shalat, janganlah menoleh. Karena Allah senantiasa menghadapkan wajahnya ke wajah hambaNya yang sedang shalat selama tidak menoleh.” (HR. Turmudzi & disahihkan Al Albani).
  • Oleh kerena itu, termasuk cara agar bisa khusyu adalah memilih tempat sujud (sajadah) yang tidak bergambar atau yang polos. Karena dengan melihat tempat sujud padahal di situ ada gambarnya bisa mengganggu konsentrasi ketika shalat. A’isyah radliallahu ‘anha mempunyai tirai bergambar yang menyentuh tanah. Suatu ketika Nabi  shalat menghadap kain tersebut. Kemudian beliau r bersabda: “Singkirkan kain ini dari hadapanku, karena gambar di kain itu selalu mengganggu shalatku.” (HR. Bukhari).Mari kita perhatikan sejenak hadis ini. Yang dimaksud gambar yang ada pada kain tirai milik A’isyah bukanlah gambar makhluk yang bernyawa (hewan atau manusia). Sebagaimana keterangan Syaikh Al Albani di sifat shalat. Jika manusia yang paling utama dan paling bisa khusyu ketika shalat, merasa terganggu dengan melihat gambar yang ada di depannya maka bagaimana lagi dengan manusia yang imannya sangat rendah. Maka sajadah dengan corak gambar apapun, termasuk sebab rusaknya kekhusyu-an ketika shalat.
  • Di antara yang bisa mengganggu konsentrasi ketika shalat adalah membayangkan makanan atau menahan buang hajat. Oleh karenanya, Nabi  melarang shalat ketika makanan sudah dihidangkan atau sambil menahan hajat. Beliau bersabda: “Tidak ada shalat ketika makanan sudah terhidang dan ketika seseorang menahan kencing atau berak.” (HR. Bukhari). Oleh karena itu, jika datang waktu shalat dan ada makanan yang dihidangkan sementara dia menginginkan untuk makan, maka shalatnya ditunda dan didahulukan makan. Namun, jika tidak ada selera untuk makan, maka boleh mendahulukan shalat.
  • Waktu shalat sudah mau habis sementara ingin buang hajat Jika masih mampu untuk ditahan maka didahulukan shalat, meskipun hukumnya makruh. Menurut An Nawawi shalatnya sah namun makruh. (Subulus Salam 2/33)
  • Hukum menahan kentut. Hukum menahan kentut pada asalnya adalah makruh. Namun jika kentut yang ditahan ini menyebabkan orangnya selalu memikirkan kentut maka shalatnya batal. (Subulus Salam 2/33)
  • Menoleh sedikit ketika shalat tidak sampai membatalkan shalat. Menoleh yang membatalkan shalat adalah menoleh yang sampai membelakangi kiblat atau terlalu banyak. Ibn Abdil Bar mengatakan: “Mayoritas ulama berpendapat bahwa menoleh tidak membatalkan shalat jika sedikit.” (Al Qoulul Mubin 112)

Jumat, 13 September 2013

Man Jadda Wa Ja'da only to Allah SWT.

 "Bersungguh - sungguh"
Rasulullah is Prophet of Favorite
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang berjihad dalam membela agama Kami, maka pasti akan Kami tunjukkan mereka itu akan jalan Kami dan sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang berbuat kebagusan." (al-Ankabut: 69)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Dan sembahlah  Tuhanmu sehingga datanglah keyakinan - kematian - itu padamu." (al-Hijr: 99)

Lagi Allah Ta'ala berfirman:

"Dan ingatlah akan nama Tuhanmu serta beribadatlah kepada-Nya dengan sepenuh hati," yakni hentikanlah segala pemikiran, untuk semata-mata menghadap kepadaNya." (al-Muzzammil: 8)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, iapun pasti akan mengetahuinya."  (az-Zalzalah: 7)

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Dan apa saja - perbuatan baik - yang engkau sekalian berikan untuk dirimu sendiri, nanti pasti akan engkau sekalian dapati di sisi Allah, keadaannya adalah lebih baik dan lebih besar pahalanya dan mohonlah pengampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (al-Muzzammil: 20)

Lagi firman Allah Ta'ala:
"Dan apa saja kebaikan yang engkau sekalian kerjakan, maka sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui." (al-Baqarah: 215)





 Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis qudsi : "Barangsiapa memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahu-kan padanya bahwa ia akan Kuperangi - Kumusuhi.
Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan padaKu dan melakukan hal-hal yang sunnah sehingga akhirnya Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang sebagai telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, Akulah matanya yang ia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang ia gunakan untuk mengambil dan Akulah kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Andaikata ia meminta sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan andaikata memohonkan perlindungan padaKu, pastilah Kulindungi." (Riwayat Bukhari)
  • Makna lafaz Aadzantuhu, artinya: "Aku (Tuhan) memberitahu-kan kepadanya (yakni orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahwa Aku memerangi atau memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, artinya "Ia memohonkan perlindungan padaKu. Ada yang meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi Ista'aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi Ista'aadzanii.

Keterangan:

Yang perlu kita resapkan dalam Hadis ini ialah:

(a)  Di atas itu, Hadis Qudsi namanya.

(b)  Kekasih Allah ialah orang yang amat taqwa kepadaNya dan orang yang memusuhi kekasih Allah ini pasti akan rusak binasa sebab dimusuhi oleh Allah.

(c)  Jadi bila hendak mendekat pada Allah, lebih dulu penuhilah kewajiban-kewajiban yang telah dipikulkan oleh Allah pada kita itu,

(d)  Maka kalau orang itu sudah benar-benar dekat pada Allah semua pendengarannya, penglihatannya,pengambilannya dan perjalanannya selalu diberi petunjuk oleh Allah sehingga cahaya Tuhan selalu ada di kanan kirinya.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Orang mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu'min yang lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan.


Berlombalah untuk memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu." Tetapi berkatalah: "Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia melaksanakannya," sebab sesungguhnya ucapan "andai kata" itu membuka pintu godaan syaitan." (Riwayat Muslim)


  • "Bersungguh-sungguhlah memperjuangkan dan menggapai impian kita dengan mendekat serta melewati setiap perjalanan menyertai Allah swt. karna kepada Allah swt. yang menguasai alam semesta ini (Asmaus Husna) kita memohon pertolongan dan petunjuk yang benar (Al'quran) kemudian perjuangkan dengan jujur, ikhlas, ikhtiar (semangat semaksimal mungkin) dan sabar yang diteguhkan pada hati (Rasulullah saw) hingga mencapai target sukses."

{Sukses Dunia dan Akhirat}

Sholihin "Petunjuk bagi Kebenaran"

Kebenaran


قال الله تعالى‏:‏ ‏{‏يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين‏}‏ ‏(‏‏(‏التوبة ‏:‏119‏)‏‏)‏ وقال تعالى ‏:‏ ‏{‏والصادقين والصادقات‏}‏ ‏(‏‏(‏الأحزاب‏:‏ 35‏)‏‏)‏‏.‏ وقال تعالى ‏:‏ ‏{‏فلو صدقوا الله لكان خيراً لهم‏}‏ ‏(‏‏(‏محمد ‏:‏ 21‏)‏‏)‏‏.‏

Allah Ta'ala berfirman:

"Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua bersama-sama dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Dan orang-orang yang benar, lelaki ataupun perempuan." (al-Ahzab: 35)

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk mereka sendiri." (Muhammad: 21)

Adapun Hadis-hadis yang menerangkannya ialah:

Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya kebenaran - baik yang berupa ucapan atau perbuatan - itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seseorang itu niscaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang itu niscaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih)
Sabda Nabi s.a.w. Yuriibuka, boleh dengan difathahkan ya'nya (dan boleh pula didhamahnya, artinya: "Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh atau halalnya sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu dalam hatimu."


   Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang dalam menguraikan ceritera Raja Hercules. Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah olehnya?" Yang dimaksud ialah oleh Nabi s.a.w. Abu Sufyan berkata: "Saya lalu menjawab: "Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua." Ia juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri dari keharaman serta mempererat kekeluargaan."
(Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebut-kan Abu Said dan dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, yaitu Sahl bin Hanif r.a., dan dia pernah menyaksikan peperangan Badar, bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta'ala supaya dimatikan syahid dan  permohonannya  itu  dengan  secara yang sebenar-benarnya, maka Allah akan menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)

Al'quran "Petunjuk Arah Ilmiah"



Keajaiban Ayat Allah SWT.

Gambar 13. Air laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar turun ke kedalaman dengan tetap membawa sifatnya yang lebih hangat, berkadar garam lebih tinggi dan lebih pekat karena ada batas yang membagi antara kedua lautan tersebut. Suhu dalam derajat Celsius. (Marine Geology, Kuenen, hal. 43, dengan sedikit perubahan.)

Ilmu pengetahuan moderen telah mengungkapkan bahwa pada tempat-tempat di mana dua lautan yang berlainan bertemu ada batas di antara keduanya. Batas ini membagi kedua lautan sehingga setiap laut memiliki suhu, kadar garam dan kepekatan tersendiri. Sebagai contoh, laut Mediterania memiliki air yang hangat, berkadar garam tinggi dan lebih pekat dibandingkan dengan lautan Atlantik. Ketika laut Mediterania memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar, airnya bergerak beberapa ratus kilometer ke wilayah Atlantik pada kedalaman 1000 meter dengan tetap mempertahankan sifatnya yang hangat, berkadar garam tinggi dan lebih pekat. Pada kedalaman ini, air laut Mediterania berada dalam keadaan stabil. Meskipun ada ombak besar, arus dan pasang surut yang kuat, seolah-olah ada batas yang menghalangi pencampuran air dari ke dua lautan ini (lihat gambar 13).

Al Qur'an menyebutkan bahwa ada batas antara dua lautan yang bertemu dan keduanya tidak melampaui batasan ini. Allah berfirman:

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (Al Qur'an, Ar-Rahman (55):19-20)

...

Informasi semacam di atas baru diketahui manusia pada abad terakhir melalui peralatan canggih untuk mengukur suhu, kadar garam, kepekatan, kelarutan oksigen dan seterusnya. Mata manusia tak bisa melihat perbedaan antara ke dua lautan yang bertemu.